Banjir di Sumatera Melumpuhkan Aktivitas PTS di Aceh, Beberapa Kampus Masih Terisolir
Banda Aceh, #LLDikti13 — Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah XIII Aceh menyampaikan rasa duka cita dan keprihatinan mendalam atas musibah banjir bandang yang melanda sejumlah wilayah Sumatera khususnya di Aceh pada tanggal 26-28 Desember 2025 dan turut terdampak pada berbagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Banjir yang terjadi akibat curah hujan tinggi dalam beberapa hari terakhir menyebabkan kerusakan fasilitas kampus, terganggunya aktivitas akademik, serta berdampak langsung pada mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan. (02/12/2025)
Menurut data yang telah kami himpun per tanggal 2 Desember 2025, baru 24 PTS dari 71 PTS di Aceh yang berhasil melaporkan kondisi terkini PTS kepada LLDikti Wilayah XIII. Selebihnya 47 PTS lainnya belum dapat dihubungi lantaran akses jalan tertutup, sinyal komunikasi terputus, atau lokasi kampus berada di wilayah yang masih terisolir. Sejumlah daerah seperti Aceh Utara, Bireuen, Aceh Tengah, Bener Meuriah, Aceh Timur, Aceh Tamiang, Aceh singkil serta Aceh Tenggara dan sebagian wilayah di pesisir masih menghadapi dampak paling berat.
Dr. Ir. Rizal Munadi, M.M., M.T. selaku Kepala LLDikti Wilayah XIII menyampaikan rasa prihatin atas kondisi masyarakat Aceh khususnya dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa yang terdampak. Ia menegaskan bahwa keselamatan civitas akademika menjadi prioritas, sembari memastikan setiap kampus dapat terus dipantau meski dalam situasi sulit.
“Kami memahami banyak kampus belum bisa melapor, bukan karena tidak mau, tetapi karena akses komunikasi dan transportasi benar-benar terganggu,” ujarnya.
Di sisi lain, meskipun Banda Aceh dan Aceh Besar tidak mengalami dampak banjir separah wilayah lainnya, kedua daerah ini tetap merasakan imbas krisis yang muncul akibat bencana di wilayah hulu. Kelangkaan BBM, tabung gas elpiji, dan bahan pangan mulai dirasakan masyarakat karena distribusi logistik tersendat.
Situasi ini diperparah oleh padamnya listrik secara luas, menyusul robohnya tower transmisi 150 kV di jalur Arun–Bireuen yang diterjang banjir bandang. Akibatnya, suplai listrik ke beberapa kabupaten lumpuh dan aktivitas harian masyarakat terganggu, termasuk proses belajar mengajar di kampus.
Melihat dampak yang begitu besar dan berulang setiap tahun, Kepala LLDikti Wilayah XIII menyebut bahwa bencana ini menjadi pengingat penting bagi dunia kampus untuk lebih siap. Ia mendorong agar PTS di Aceh mulai memasukkan mata kuliah mitigasi bencana ke dalam kurikulum.
“Mahasiswa kita perlu dibekali pemahaman tentang mitigasi dan manajemen bencana. Ini bukan hanya teori, tapi kemampuan yang benar-benar dibutuhkan di daerah seperti Aceh yang rawan bencana. Dengan begitu, lulusan kita lebih sigap, peduli, dan mampu membantu masyarakat ketika bencana terjadi,” ungkap Rizal Munadi.
LLDikti Wilayah XIII juga mengimbau PTS yang belum bisa melapor agar menyampaikan perkembangan segera setelah akses memungkinkan. Setiap data yang masuk sangat penting untuk pemetaan kebutuhan bantuan dan pendampingan, baik untuk fasilitas kampus maupun kebutuhan mahasiswa yang terdampak. Dengan adanya musibah banjir ini, banyak PTS yang menunda kegiatan akademik nya selama 1 minggu sampai dengan 2 minggu kedepan. Tergantung berat atau tidaknya kerusakan infrastruktur yang terjadi di kampus.
Di tengah situasi yang masih dinamis, LLDikti Wilayah XIII berharap seluruh pihak tetap waspada, saling membantu, dan mengutamakan keselamatan. Upaya pemulihan terus dilakukan, sambil memastikan dunia pendidikan tetap berjalan meski dalam keterbatasan.