Mengenang & Refleksi Diri 19 Tahun Tsunami Aceh (2004 – 2023)

Indonesia pernah mengalami sebuah bencana dahsyat berupa gempa tsunami yang mengguncang Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 sekitar pukul 07.59 WIB. Gempa berkekuatan 9.3 Skala Richter (SR) ini menyebabkan serangkaian tsunami dahsyat di sepanjang daratan yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Aceh merupakan daerah yang terkena dampak paling parah selain Sri Lanka, Thailand, dan India. Diketahui, pusat gempa berada di sekitar 157 KM bagian barat Kota Meulaboh dengan kedalaman 10 KM di bawah dasar laut.

Pasca-gempa besar, penduduk di daerah pesisir pantai Aceh sempat menyaksikan air laut surut dan garis pantai mundur hingga mencapai ratusan meter. Dalam hitungan menit, tiba-tiba muncul gelombang besar dengan ketinggian sekitar 30 meter yang melanda pantai barat Sumatera dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.

Gelombang tsunami ini diduga mampu membersih daratan dengan kecepatan mencapai 800 km/jam. Kota-kota di pesisir barat Aceh pun rusak parah. Banyak ditemukan reruntuhan bangunan dan korban jiwa dalam keadaan tragis. Bencana tsunami yang melanda Aceh ini banyak menelan korban hingga 170.000 jiwa dan banyak warga yang kehilangan harta bendanya. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahkan menyatakan bahwa tsunami Aceh merupakan salah satu bencana kemanusiaan terbesar yang pernah terjadi.

Pada 26 Desember 2023, Aceh memperingati 19 tahun peristiwa bencana tsunami dahsyat ini. Banyak ragam kegiatan yang diselenggarakan untuk mengenang peristiwa tsunami Aceh ini meliputi tausiyah, zikir, dan do’a bersama.

Kepala Disbudpar Aceh, Almuniza Kamal melalui Kepala Bidang Pemasaran, T. Hendra Faisal mengatakan peringatan 19 tahun tsunami Aceh menjadi refleksi diri bagi masyarakat Aceh untuk terus berdoa, berzikir, dan bersalawat. Menurutnya, peringatan ini menjadi edukasi kebencanaan dari tingkat SD, SMP, dan SMA untuk menumbuhkan atau pengetahuan kepada generasi yang belum merasakan bencana tsunami. “Refleksi peringatan tsunami menjadi sejarah penting bagi daerah Aceh. Banyak negara di dunia yang membantu kebangkitan Aceh yang dapat dilihat di area Museum Tsunami Aceh maupun di aera Blang Padang,” ujarnya. 

Harapan adalah kekuatan terbesar yang dimiliki korban yang selamat untuk terus berbenah bersama menata hidup kembali. Harapan masyarakat terus tumbuh semakin besar saat berbagai bantuan datang dari banyak pihak. Pengalaman dan pembelajaran dari para korban telah menjadi warisan untuk umat manusia di seluruh dunia. Kesadaran akan pentingnya menjaga dan melestarikan kearifan lokal terus bertumbuh melalui pendidikan kebencanaan sejak usia dini.

Selain itu Pemerintah Aceh juga segera berbenah untuk mengantisipasi bencana yang serupa. Di antaranya dengan melakukan kegiatan latihan evakuasi bila terjadi gempa dan tsunami, imbauan membuat tempat evaluasi pada gedung-gedung tinggi, membuat jalur dan jalan evakuasi, serta melakukan penanaman pohon di sepanjang garis atau alur pantai. Museum Tsunami Aceh yang berada di Kota Banda Aceh juga merupakan salah satu bangunan yang dibuat untuk mengenang korban tsunami Aceh, sekaligus tempat edukasi dan pusat evakuasi ketika bencana. Untuk memaksimalkan mitigasi bencana di Aceh, pemerintah juga telah membangun “safety building” atau gedung-gedung keamanan di sejumlah titik sebagai lokasi evakuasi jika terjadi bencana. 

Leave a Reply