Prof Jasman J Ma’ruf: Rektor Seluruh Aceh Harus Bersanding, Bukan Bertanding
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Rektor Universitas Teuku Umar (UTU), Prof Dr Jasman J Ma’ruf MBA menyerukan agar seluruh rektor perguruan tinggi negeri (PTN) di Aceh kompak dan bersatu untuk bersama-sama memajukan Aceh.
Seruan itu disampaikan Rektor UTU dalam acara peringatan ke-122 syahidnya Teuku Umar Johan Pahlawan dan peresmian Hall of Fame Teuku Umar di Gedung Kuliah Terintergrasi di Kampus UTU, Alue Peunyareng, Meulaboh, Aceh Barat, Kamis (11/1/2021) siang.https://7ffbef739f455689893313a741ba29c6.safeframe.googlesyndication.com/safeframe/1-0-37/html/container.html
Pernyataan tersebut disampaikan Prof Jasman di hadapan para rektor PTN di Aceh.
Mereka adalah Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Prof Dr Warul Walidin AK MA; Rektor Universitas Malikussaleh (Unimal), Dr Ir Herman Fithra MT IPM; Rektor Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh, Dr Ir Mirza Irwansyah MBA MLA; Rektor IAIN Lhokseumawe, Dr Afifuddin MA; Rektor IAIN Langsa, Dr Basri MA; Rektor IAIN Takengon, Dr Zulkarnain MA; Ketua STAIN Tgk Chik Dirundeng Meulaboh; Dr Innayatillah MAg; dan Wakil Rektor III Universitas Samudra Langsa, Bukhari MPd.
Hadir pula di antara ratusan audiens Alfian Ibrahim MS selaku rektor pertama UTU.
Prof Jasman mengajak para rektor yang hadir untuk bersinergi dalam memajukan Aceh melalui jalur pendidikan.
“Antarsesama rektor di Aceh kita harus bersanding untuk memajukan daerah, bukan justru bertanding dan bersaing, apalagi bertikai,” imbuh Prof Jasman.https://www.facebook.com/plugins/post.php?href=https://www.facebook.com/serambinews/posts/3871498722910087&width=500&show_text=true&height=530&appId;
Rektor UTU mengajak para rektor untuk memetik ibrah dari ketokohan Teuku Umar Johan Pahlawan.
Rektor UTU mengajak tamu yang hadir untuk mengenang kembali perjuangan Teuku Umar sebagai salah satu putra terbaik bangsa dalam mempertahankan tanah rencong ini dari rongrongan penjajah.
“Teuku Umar adalah pahlawan yang sudah berjuang dan mengorbankan seluruh jiwa raganya untuk terbebas dari tangan penjajah. Untuk itu, sebagai generasi penerus, kita harus melanjutkan perjuangan ini dalam berbagai sendi kehidupan,” ajak Prof Jasman.
Menurut Jasman, Teuku Umar adalah sosok yang mampu menyatukan berbagai kekuatan dan menggalang kekompakan di antara prajuritnya dan masyarakat untuk melawan penjajah.
“Ia juga pengatur strategi perang yang jitu, bahkan dua kali berhasil menipu Belanda,” kata Jasman.
Teuku Umar juga sosok otodidak yang hebat. Meski tak bersekolah, wawasannya luas bahkan bisa berbahasa Belanda.
“Ini mengisyaratkan bahwa penguasaan bahasa asing itu memang penting untuk memperluas wawasan dan pergaulan,” ulas Jasman.
Jasman mengatakan bahwa di universitas yang baru dinegerikan tujuh tahun itu juga diajarkan “Teuku Umar Leadership” sebagai mata kuliah wajib untuk semua mahasiswa baru.
Menurutnya, di kampus itu juga ada Catur Teuku Umar (Teuku Umar Spell) yang sangat terkenal di Belanda.
Juga ada duplikat uang kertas ukuran jumbo yang gambar pahlawannya adalah Teuku Umar (nominal Rp 10.000) dan Cut Nyak Dien (nominal Rp 5.000) keluaran Bank Indonesia.
“Nah, hari ini kita resmikan pula Hall of Fame Teuku Umar,” kata Jasman.
Peresmian Hall of Fame Teuku Umar itu ditandai dengan pengguntingan pita oleh Prof Jasman didampingi istrinya.
Di hall itu ada lukisan besar Teuku Umar yang dilukis Profesor AD Pirous, pelukis ternama asal Aceh Barat.
Ada juga kronologi tahun-tahun penting dalam kehidupan Teuku Umar.
Mulai dari tahun lahirnya, tahun ia mara ke medan perang dalam usia 19 tahun, tahun ia menikahi Cut Nyak Dhien, tahun ia menipu Belanda, hingga tahun syahidnya akibat ditembak serdadu Belanda.
Di hall sekitar 15 x 10 meter itu dipajang juga lemari etalase berkaca tebal.
Di dalamnya didisplay rencong, pedang, dan senjata jenis lainnya yang digunakan mujahid Aceh di Meulaboh melawan Belanda.
Di hall tersebut dipajang juga foto atau lukisan wajah para pahlawan Aceh, pria maupun wanita. Di antaranya Laksamana Malahayati, Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, dan Pocut Baren.
Foto tokoh Aceh lainnya juga dipajang, mulai dari Sultan Iskandar Muda, Panglima Polem, hingga Residen Aceh yang pertama, Teuku Nyak Arif.
Di hall tersebut dipajang juga cover depan dari berbagai buku tentang sejarah Aceh sejak masa pendudukan Belanda hingga setelah kemerdekaan RI.
Di antaranya buku karya Snouck Hurgronje, Mohammad Said, Hoesin Djajadiningrat, Amran Zamzami, dan Henri Kawilarang.
Dalam sejarah UTU, hari syahidnya Teuku Umar baru tahun ini diperingati secara kolosal. Acara semakin semarak karena hampir semua rektor PTN di Aceh ikut hadir.
Acara peresmian Hall of Fame Teuku Umar itu dipadu dengan pengumuman hasil lomba tulis dan baca puisi, lomba tulis dan baca prosa, lomba desain maskot UTU, serta lomba UTU Awards.
Selain itu diumumkan juga pemenang lomba catur Teuku Umar, hasil seleksi tenan IBT UTU, dan penyerahan penghargaan kepada tim PKM UTU 2020 yang lolos Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2020 di UGM Yogyakarta dan tim UTU berhasil meraih juara favorit.
Rektor berharap, agenda peringatan syahidnya Teuku Umar ini akan menjadi agenda tahunan yang akan dilaksanakan oleh Kampus UTU di masa-masa yang akan datang.
Di hadapan para rektor se-Aceh, Prof Jasman juga ikut melaunching Maskot UTU Awards ke-7 tahun 2021 dan mengajak para rektor se-Aceh untuk berpartisipasi mendukung UTU Awards dengan mengutus mahasiswa mengikuti program yang bertaraf internasional ini.
Prof Jasman juga menyampaikan beberapa keberhasilan UTU yang fenomenal pada tahun 2020, di antaranya UTU berhasil mendapatkan penghargaan dari Menteri Keuangan RI atas keberhasilan mengelola dana SBSN Terbaik untuk kategori PTN se-Indonesia.
Selain itu, UTU berhasil mendapatkan Akreditasi Baik Sekali.
“Ini kado terindah menjelang peringatan syahidnya Teuku Umar ini. Keberhasilan ini diraih atas kerja keras dari seluruh pihak di kampus yang baru berumur tujuh tahun ini.
Terutama dukungan luar biasa dari para dosen yang rata-rata baru berusia 30 tahun. Meski usia mereka muda, karya mereka luar biasa,” kata Prof Jasman.
Kegiatan itu dihadiri Kepala Bappeda Aceh, Teuku Ahmad Dadek yang juga juri lomba prosa bersama Yarmen Dinamika dan Murizal Hamzah, keduanya jurnalis dan penulis buku.
Rangkaian acara itu dimeriahkan dengan pembacaan puisi oleh juara 1 lomba baca puisi dan oleh Rosni Idham mewakili dewan juri. Juri lainnya adalah Dek Nong Kemalawati dan Herman RN, keduanya penyair.
Rangkaian acara selama tiga jam itu diakhiri dengan makan siang. Menu utamanya, ikan bakar dan gulai lokan khas Meulaboh. (*)
Sumber : Serambinews.com