Praktik Mengajar ala Kurikulum Merdeka

INTAN MAKFIRAH,
Mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Anggota Unit Kreativitas Mahasiswa (UKM)
Jurnalistik STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh, melaporkan dari Banda Aceh

STKIP Bina Bangsa Getsampena (BBG) Banda Aceh telah menerapkan kurikulum
merdeka. Hal ini tentu saja merupakan langkah maju, mengingat belum banyak
kampus yang menerapkannya.

Kurikulum merdeka ini juga membawa beberapa perubahan pada kampus kami.
Salah satu yang berubah adalah praktik pengalaman lapangan (PPL). Program yang
dilakukan oleh mahasiswa semester 7 dengan turun langsung ke sekolah agar
dapat merasakan pengalaman mengajar di dunia nyata kini berubah nama menjadi
pengenalan lapangan persekolahan (PLP). Bukan hanya nama yang berubah, kegiatannya
pun ikut berubah. Tadinya, para mahasiswa hanya diharuskan mengajar
layaknya guru di sekolah dengan mendapatkan bimbingan dari pamong (guru asal
sekolah yang ditetapkan sebagai pembimbing sekaligus pemberi nilai akhir pada mahasiswa nantinya), kini pada program PLP mahasiswa mendapat tugas-tugas baru.

Tidak hanya mengajar, tetapi juga diwajibkan untuk dapat mengembangkan beberapa
hal di sekolah, seperti ekstrakurikuler, media pembelajaran, penyusunan perangkat
pembelajaran, bahkan diharuskan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK).

Masing-masing kegiatan tersebut juga dibagi ke beberapa satuan kredit semester
(SKS). Kegiatan dari kurikulum merdeka ini sangat berdampak bagi mahasiswa itu sendiri
maupun bagi sekolah tempatnya praktik. Sejauh yang saya rasakan, program ini
melatih para mahasiswa agar tidak hanya mahir mengajar, tetapi juga akan mampu
mengembangkan sekolah tempatnya melakukan pengenalan lapangan persekolahan.
Mereka juga nantinya dapat menghasilkan karya ilmiah dari penelitian tindakan kelas
yang dilakukan.

Sebagai mahasiswi semester 7, saya juga ikut program PLP. Tempatnya di SMA Keberbakatan Olah Raga Negeri Banda Aceh. SMA ini merupakan sekolah yang
dibangun oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Aceh untuk para atlet. Lokasinya di Lhong
Raya, tepatnya di dalam Stadion Harapan Bangsa. Para atlet dari berbagai cabang olahraga
(cabor) bersekolah di sini. Mereka datang dari berbagai wilayah seluruh Aceh.

Di belakang gedung sekolah terdapat asrama tempat mereka tinggal sehingga tidak kesulitan untuk mencapai sekolah dan mudah ke tempat latihan karena memang berada
di dalam stadion. Karena sekolah ini sekolah para atlet, tentunya sangat berbeda dengan mengajar di sekolah biasa. Keaktifan mereka jauh dari anakanak sekolah biasa, hal ini karena mereka orang-orang yang berbakat di lapangan. Sekolah dimulai pukul 09.00 WIB, berbeda dari sekolah biasa, mereka diwajibkan latihan pagi sehingga jam masuk pun berbeda dari sekolah lainnya yang mayoritas masuk pukul 07.30 atau pukul 08.00 WIB.
SMA Keberbakatan Olah Raga Negeri atau disingkat dengan SMAKON ini merupakan
sekolah baru, berdiri sekitar dua tahun lalu sehingga para siswanya baru ada kelas X dan
XI saja. Peran mahasiswa PLP tentu akan sangat membantu mereka dalam upaya pengembangan sekolah agar semakin baik. Hal ini juga diungkapkan oleh kepala sekolah
dan guru-guru SMAKON saat penyambutan kami, para mahasiswa PLP.

Kekhawatiran menghantui saya sebelum melakukan PLP. Saya disatukan dengan para mahasiswa PLP dari prodi lain. Dari prodi bahasa Indonesia hanya ada dua orang: saya dan seorang saya. Dari prodi bahasa Inggris juga dua orang. Selanjutnya, prodi matematika hanya satu orang, dan prodi Penjaskes sampai lima orang, mengingat sekolah tempati kami praktik ini merupakan sekolah olah raga. Kelima mereka juga merupakan atlet sehingga bisa membantu langsung dan lebih mengerti lagi bagaimana sistem
persekolahan para atlet. Hanya beberapa dari mereka yang saya kenal, yang lainnya hanya sekadar tahu wajah saja. Hal inilah yang menjadi kekhawatiran saya, apalagi mengingat kamilah mahasiswa perdana yang melakukan program PLP
ini.

Kekhawatiran lainnya adalah dalam menghadapi guru-guru secara langsung, para siswa,
dan bagaimana nantinya saat saya harus terjun langsung menghadapi dunia mengajar yang sesungguhnya. Namun, kekhawatiran itu kini telah sirna sejalan dengan PLP yang sedang saya jalani, ternyata tidak semengkhawatirkan yang saya bayangkan.

Para guru SMAKON sangat ramah-ramah, mereka dengan tenang membimbing kami
yang baru melaksanakan PLP. Bahkan kepala sekolahnya pun sangat ramah. Beliau
tak segan-segan berbincang bersama kami, berbagi pengalaman, bahkan memberikan
banyak masukan kepada kami.

Koordinator kami di sini juga tak kalah ramah, beliaulah yang memberitahukan
berbagai hal dari awal kami berada di sekolah dan senantiasa mendengarkan
segala saran yang kami sampaikan. Pamong saya dan teman saya merupakan
guru bahasa Indonesia. Orangnya sangat baik dan ramah, beliau membantu kami
dalam banyak hal. Mulai dari penyusunan RPP sampai saat menghadapi para siswa.
Para rekan seperjuangan saya juga merupakan orang-orang yang humble, sehingga
sangat mudah berinteraksi dengan mereka. Para siswa yang tadinya menjadi kekhawatiran
terbesar, kini sudah tidak lagi. Mereka sangat ramah dan hormat, hal ini terlihat
saat proses belajar-mengajar berlangsung. Walau merupakan para atlet, mereka
tetaplah remaja yang beranjak dewasa.

Untuk mendapat perhatian mereka, kita harus pandai-pandai menyesuaikan
diri, tidak memarahi mereka habis-habisan saat tidak mengerjakan tugas, tapi lebih
kepada memahami apa kendala mereka dan berusaha mencarikan jalan keluarnya.

Karena sebagai seorang guru, kita bukan hanya pengajar, tetapi juga fasilitator bagi
para siswa. Dikarenakan keaktifan mereka dalam bidang olah raga, dan rasa lelah
yang dihasilkan dari latihan rutin yang setiap hari harus mereka lakukan, mungkin
membuat mereka agak merasa kurang menyukai berbagai materi ajar yang monoton
di dalam kelas. Maka dari itu, kecerdasan guru dalam menyusun perangkat, media,
dan model pembelajaran sangat dibutuhkan, untuk menciptakan suasana
kelas yang menyenangkan sehingga para siswa antusias dan menyukai materi
ajar yang diberikan. Hal inilah yang kini tengah kami usahakan dengan berkonsultasi
pada dosen dan guru pamong agar dapat sukses dalam penguasaan kelas.
Penerapan model pembelajaran yang sesuai dapat kami jadikan bahan penelitian
tindakan kelas nantinya sehingga kami bisa menghasilkan karya ilmiah dengan
menerapkan model pembelajaran.

Selain itu, keaktifan para siswa juga dapat disalurkan melalui ekstrakulikuler, yang juga merupakan salah satu program PLP. Untuk itu, kami juga berupaya mengembangkan
ekstrakurikuler yang cocok bagi mereka. Tidak hanya dalam bidang olah raga, tetapi juga dalam bidang lainnya, sehingga bakat para siswa tidak hanya terasah pada satu bidang saja.

Harapan kami, semoga program PLP yang sedang kami jalani ini dapat membawa perubahan bagi sekolah dan bermanfaat bagi kami, kampus, dan orang banyak, sesuai harapan.

Sumber : Klik

Leave a Reply