Rindu Tercipta dari Pulau Rubiah

Salam #rakanlldikti13..

kalinyoe na #habapts dari STKIP Bina Bangsa Getsempena..

OLEH ALDHA FIRMANSYAH, Mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Anggota Unit Kreativitas Mahasiswa (UKM) Jurnalistik STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh, melaporkan dari Sabang

PERKULIAHAN semester genap telah berakhir. Sebelumnya, kami sedang sibuk mempersiapkan diri untuk ujian final. Hari menjelang ujian final pun tiba. Kami berkumpul di lobi kampus untuk berdoa bersama agar Allah memudahkan semua proses ujian yang akan kami jalani.

Hari berganti hari. Ujian yang berlangsung selama satu minggu pun berakhir. Pada hari terakhir pelaksanaan ujian, kami berkumpul di kampus membahas rencana liburan. Kami berdiskusi untuk memilih tempat yang cocok untuk liburan. Setelah berembuk satu jam, akhirnya kami putuskan tempat liburan kami adalah Pulau Rubiah dan Tugu Nol Kilometer Sabang. Alasannya, kedua tempat tersebut mempunyai panorama laut yang indah.

Seorang teman memberikan ide yang sangat bagus dan cocok untuk kami yang ingin liburan di Pulau Weh, Sabang. Dia mengusulkan untuk camping di salah satu rumah teman yang berada di Iboih, tepatnya di tengah hutan. Saya dan teman-teman menyepakati usulan ini. Kami merasa ide ini sangat pas. Kami pun menetapkan tanggal dan hari untuk berangkat liburan.

Pagi itu, hari sangat cerah, kami berkumpul di Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh, untuk naik kapal penyeberangan menuju Pelabuhan Balohan, Sabang. Sepanjang perjalanan kami disuguhi hamparan laut biru laut nan indah.

Saat tiba di Sabang, kami berkumpul dan menuju salah satu rumah teman. Peralatan camping dan lainnya semua sudah siap. Jalanan Sabang yang berliku, banyak tanjakannya, karena kami melewati jalan pegunungan.

Selama di perjalanan saya sangat menikmati pemandangan indah berlatar belakang laut dan gunung. Sungguh ini sangat indah, saya langsung berpikir ini adalah nikmat Allah Swt yang harus disyukuri dan dijaga.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya kami pun tiba di lokasi. Beberapa kawan lelaki bergegas membangun tenda dan membakar kayu karena cuaca semakin dingin dan gelap. Kami sangat menikmati alam di sini sambil bernyanyi. Sebagian yang lain membakar ikan untuk santapan malam. Besok paginya kami bersiap untuk menyeberang ke Pulau Rubiah.

Untuk sampai ke Pulau Rubiah kami naik perahu. Karena ramai (sekitar 20 orang), kami harus naik perahu tiga trip.

Sampailah kami di Pulau Rubiah. Kondisinya sangat bersih dan ramai. Bukan suatu hal yang aneh bagi kami jika Pulau Rubiah ini sangat ramai. Karena ini adalah tempat wisata yang sangat terkenal hingga ke mancanegara. Banyak sekali turis dan pengunjung luar Aceh yang berwisata ke tempat ini untuk berenang dan sorenya menikmati sunset.

Para penjual juga terlihat menjajakan aneka makanan dan minuman. Ikan bakar, ayam bakar, gorengan, dan mi adalah makanan yang paling enak dinikmati di pinggir pantai seperti ini. Untuk pelepas dahaga juga tersedia kelapa muda, sirop dingin, dan aneka minuman lainnya.

Kami pun beristirahat dan duduk sebentar untuk persiapan berenang. Sebagian besar di antara kami bergegas mengambil kamera, pelampung, dan kacamata selam.

Kami langsung berlari ke arah laut dan menceburkan diri secara bersamaan. Mengambil foto di bawah laut yang dipenuhi berbagai biota laut seperti ubur-ubur, ikan hias, terumbu karang, rumput laut, bintang laut, kerang, dan lainnya. Pemandangan di bawah laut Pulau Rubiah ini sungguh menakjubkan. Airnya yang biru, jernih, dan bersih. Ternyata banyak juga orang yang menyelam (diving) di sini. Bukan hanya orang dewasa, anak kecil pun ikut menikmati pesona bawah laut dengan menyelam.

Setelah berenang sampai lupa waktu, matahari pun tampak hampir tenggelam dalam garis remang. Saya benar-benar kagum melihat pancaran sinar sunset yang berwarna orange di atas laut. Melihat ini saya merasa bersyukur bisa melawat ke Sabang. Banyak orang yang mengambil foto dengan berbagai pose/gaya. Pemandangan ini benar-benar luar biasa. Keindahan yang terpancar ini membuat saya dan teman-teman berkumpul untuk menyaksikan bersama pesonanya.

Salah satu teman saya mengatakan bahwa jangan pernah melupakan peristiwa menakjubkan saat ini karena mungkin sangat sulit untuk kita dapatkan lagi nanti. Ini benar-benar momen langka. Kami saling menatap dan karena sore kami pun bergegas pulang.

Momen ini kadang membuat saya merasa terharu dan bahagia karena begitu banyak wisatawan yang sangat ingin berlibur ke Pulau Rubiah, namun tak kesampaian. Begitu banyak orang yang menyukai pulau ini. Ketika saya pergi merantau ke kota lain, mungkin saya akan benar- benar merindukan pulau ini. Rindu pemandangan hutan dan keindahan bawah lautnya. Pulau Rubiah membuat saya candu akan keindahannya. Kerinduan tercipta di pulau ini.

Keesokan harinya kami meneruskan perjalanan ke Tugu Nol Kilometer Indonesia. Tempat paling ujung di barat Indonesia ini merupakan tempat wisata populer di Sabang. Tidak kalah seperti pengunjung di Pulau Rubiah, Tugu Nol Kilometer ini juga dikunjungi oleh ramai wisatawan. Di sepanjang perjalanan menuju ke tugu ini kami melihat banyak kafe yang menawarkan aneka kuliner, salah satunya rujak khas Nol Kilometer.

Seperti yang kita tahu, Pulau Sabang terletak di ujung barat Indonesia. Menurut saya, perjalanan menuju Nol Kilometer merupakan perjalanan yang menakjubkan. Di mana kita akan melewati hutan-hutan dan jalan yang berliku penuh dengan tanjakan. Banyak wisatawan yang mengunjungi Tugu Nol Kilometer ini dengan membawa bendera Merah Putih. Mereka naik ke puncak tugu dan mendirikan bendera Merah Putih di atasnya, lalu mengambil foto dengan pose yang keren.

Ini merupakan pengalaman saya. Saya sangat menyarankan jika Anda ingin berlibur, Tugu Kilometer Nol dan Pulau Rubiah menjadi tempat yang akan saya rekomendasikan karena Sabang banyak menyimpan sejumlah pesona alam yang sangat luar biasa.

Selain wisata alamnya wisatawan juga dapat mencicipi makanan khas Sabang seperti kue pia AG. Untuk kuenya sendiri bukan hanya varian rasa kacang hijau. Untuk kue 57 itu banyak sekali varian rasa, seperti keju, durian, dan cokelat. Selain itu, mi sedap khas Sabang dan rujak Sabang rasanya juga sangat enak.

Banyak sekali objek wisata alam yang dapat Anda kunjungi selama di Sabang, bukan hanya Pulau Rubiah dan Tugu Nol Kilometer. Ada lagi Pantai Gapang, Pantai Ujung Karang, Pulau Kla, dan Pantai Iboih. Jika Anda ingin melihat sunset yang menakjubkan saya rekomendasikan tempat yang bisa Anda kunjungi seperti Pantai Paradiso, Pantai Sumur 3, Sabang Fair, Tugu I Love Sabang, Pantai Kincir, Pantai Gapang, dan banyak lainnya.

Nah, bukan hanya sekadar wisata alam dan makanan khasnya saja, Sabang juga menyimpan banyak sekali tempat sejarah yang dapat dikunjungi, seperti Benteng Jepang dan Belanda. Hal inilah yang membuat pengunjung sulit untuk tidak rindu pada Sabang, kota wisata yang eksotik.

Sumber : Klik

Leave a Reply