Berbagi Pengetahuan, Modul Pembelajaran, dan Perkuliahan Secara Daring Lewat SPADA

Siaran Pers
Nomor : 035/Sipers/IV/2020

Jakarta – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi menyediakan platform pembelajaran daring yang dapat diakses secara nasional oleh perguruan tinggi melalui Sistem Pembelajaran Daring (SPADA). Hal ini disampaikan oleh plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam, pada webinar yang diselenggarakan oleh Sobat Cyber Indonesia dengan tajuk “Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan Saat Covid-19”, Jumat (17/4).

Nizam menjelaskan bahwa Kemdikbud menyiapkan SPADA sebagai platform pembelajaran daring bersama. Perguruan tinggi dapat saling berbagi pengetahuan, modul pembelajaran dan perkuliahan secara daring. “Selama masa pandemi ini Kemdikbud menjadikan SPADA sebagai salah satu platfrom untuk perguruan tinggi yang belum mempunyai Learning Management System (LMS) sistem pembelajaran daring,” jelas Nizam.

Lebih lanjut Nizam mejelaskan bahwa saat ini terdapat 250 perguruan tinggi yang berbagi pembelajarannya melalui SPADA. Selain itu, SPADA juga diperkaya dengan tautan sumber-sumber pembelajaran internasional dari Harvard, Coursera, Google Academy serta sumber-sumber internasional lainnya untuk menjadi sumber pembelajaran bersama kampus-kampus di Indonesia.

“Tautan untuk akses Google Classroom dapat melalui SPADA atau platform pembelajaran daring lain dari Kemdikbud. Harapannya dapat mempermudah perguruan tinggi dalam menyelenggarakan pembelajaran daring sekaligus juga memanfaatkan segala fitur yang ada di dalam SPADA,” jelas Nizam.

Selain itu Nizam menjelaskan bahwa hasil survei terkait pelaksanaan pembelajaran daring menunjukkan bahwa secara umum mahasiswa merasa dengan metode pembelajaran daring, mampu menyampaikan materi-materi belajar dengan baik dan sangat membantu pelaksanaan belajar dari rumah. Mahasiswa bisa lebih aktif walaupun tidak langsung bertemu dengan dosen secara tatap muka. Bisa melalui chatting dan menyampaikan tugas melalui komunikasi media. “Ini merupakan suatu lompatan yang luar biasa sekali. Perguruan tinggi harus dapat manfaatkan momentum ini untuk memperkaya metode pembelajaran daring di masa depan,” harap Nizam.

Nizam menjelaskan bahwa perkembangan pembelajaran daring di Indonesia sudah dimulai sejak akhir tahun 1980an dan berkembang cukup pesat lagi di tahun 2000-an melalui Indonesia Global Development Learning Network dan Indonesia Higher Education and Research Network (INHERENT). Saat itu lebih dari 300 perguruan tinggi telah tergabung di dalam jejaring INHERENT. Perguruan tinggi yang tergabung dalam INHERENT dapat berbagi model-model pembelajaran daring yang bisa diikuti oleh seluruh mahasiswa di Indonesia. Selain itu perguruan tinggi bisa berbagi perkuliahan-perkuliahan yang up to date.

Di akhir paparannya Nizam menjelaskan bahwa dibalik pandemi Covid-19 ini tersimpan hikmah. Pembelajaran daring yang sudah didorong sejak tahun 1980-an menemukan momentumnya. Kampus dipaksa untuk bertransformasi digital dengan sangat cepat dalam waktu yang pendek untuk proses pembelajaran. Hal ini menurutnya patut disyukuri meskipun kalau dilihat dari pembelajaran yang terjadi masih sangat beragam. Ada yang sudah sangat maju menggunakan pembelajaran yang sangat terstruktur. Namun ada juga yang menggunakan pembelajaran yang sederhana dengan menggunakan aplikasi whatsapp, email dalam proses pembelajarannya.

“Ini tidak mengurangi makna dan mengurangi proses pembelajaran, karena mahasiswa secara tidak langsung lebih mandiri di dalam belajar, dan interaksi dengan dosen tetap bisa terjadi menggunakan media sosial dan media komunikasi lain,” tutur Nizam menutup paparannya. (YH/DZI/MSF/ADR)

Humas Ditjen Dikti
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Leave a Reply