Dosen Politeknik Aceh Ciptakan Alat Pemasak Garam Berbasis Elektrik
CAKRADUNIA.CO, Banda Aceh – Dosen Politeknik Aceh menciptakan alat pemasak garam berbasis elektrik atau dinamakan dengan Electric Salt Machine (ESM).
Pembuatan alat tersebut merupakan program pengabdian kepada masyarakat yang bersumber dari dana hibah Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (DRPM Dikti) tahun anggaran 2019 yang bertujuan untuk meningkatkan produksi garam di Desa Baet Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar.
Dewi Maya Sari, S.E., M.Si, selaku ketua pelaksana mengatakan, secara teknis pembuatan garam di Gampong Baet masih menggunakan cara yang tradisional yaitu dengan menguapkan air di dalam petak penggaraman dengan tenaga sinar matahari tanpa menggunakan teknologi apapun, sehingga walaupun bahan baku melimpah namun, salinitas dan polutan yang terlarut sangat beragam.
Alat yang digunakan masih konvensional dan mengandalkan kayu bakar sebagai bahan bakar pemasak garam. Proses seperti ini masih sangat mengandalkan air laut dan sinar matahari.
“Apabila cuaca hujan, maka pergerukan tanah tidak bisa dilakukan dan air hujan itu bisa mengurangi keasinan air yang menjadi bahan baku produksi garam,” kata Dewi saat ditemui Cakradunia.co, Selasa 10 September 2019, usai menyerahkan ESM kepada petani garam, Baet, Aceh Besar.
Sebaliknya Dewi menjelaskan, jika menggunakan alat pembuat garam dengan sistem elektrik maka proses pembuatan garam itu akan menghemat waktu saat memasak garam, kemudian alat itu lebih modern dalam penggunaannya karena, tidak menggunakan kayu bakar dan dapat menghemat biaya.
Sebelum melakukan kegiatan tersebut, Dewi dan timnya sudah melakukan beberapa kegiatan observasi ke lapangan dengan langkah pertama yaitu, pemilihan sasaran, identifikasi permasalahan dan menawarkan solusi atas permasalahan mitra.
“Sasaran program ini tujuannya untuk mengembangkan masyarakat yang produktif secara ekonomi pada usaha kecil,” katanya.
Dewi menjelaskan, alat tersebut dirancang untuk mudah dibawa dan digunakan oleh petani garam. Bahan yang digunakan pada bodi terbuat dari batang alumunium yang ringan dan mudah ditempatkan saat menyimpan.
Kemudian sistem heater (pemanas) untuk memasak air garam digunakan dengan kapasitas daya yang bisa diatur antara 250 watt, 450 watt sampai dengan daya 700 watt. Sementara wadah untuk memasak menggunakan loyang berbahan stainless dengan volume 10 liter air garam yang terjaga kehigienisannya.
Dewi dan timnya berharap, dengan adanya program ini akan memudahkan produksi garam, hemat waktu dan tenaga kerja serta biaya.
“Alat ini adalah hasil kerja keras tim, semoga alat ini bermanfaat untuk petani garam”, pungkas Dewi.
Usai alat tersebut dibuat, Dewi bersama tim nya menyerahkan langsung alat itu ke petani garam di desa Baet, agar mereka dapat menggunakannya sesuai dengan prosedur.
“Kami senang sekali menerima alat ini karena mempermudah memasak garam, tidak perlu lagi pakai kayu, dan saya berharap bisa dibuat lagi lebih besar,” kata Aylawati, salah seorang petani garam yang menerima mesin ESM.
Sumber : Klik