Pola Bimbingan Tepat, Pendongkrak Publikasi Berkualitas

Sejak Beasiswa Program Magister Menuju Doktor Untuk Sarjana Unggul (PMDSU) diluncurkan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, Kemenristekdikti, banyak ilmuwan muda dalam negeri lahir melalui program ini. Tercatat per November 2018 di Sistem Informasi Monitoring PMDSU, sebanyak 114 publikasi telah dihasilkan oleh mahasiswa PMDSU Batch I (periode 2013 s.d. 2017); 129 publikasi oleh mahasiswa PMDSU Batch II (periode 2015 s.d. 2017); dan 13 publikasi mahasiswa PMDSU Batch III (periode 2017 s.d. 2018). Publikasi yang dihasilkan peserta beasiswa PMDSU ini berpotensi akan terus mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Adapun dari total jurnal yang telah terpublikasi, sebanyak 5 jurnal masuk dalam kategori Q1; 10 jurnal kategori Q2; 24 jurnal kategori Q3; dan 10 jurnal kategori Q4.
Alexander Patera Nugraha atau Sandro merupakan satu dari banyak peserta Beasiswa PMDSU Batch III Tahun 2017 yang telah berhasil membuktikan diri sebagai ilmuwan muda penyambung harapan dunia akademis bangsa. Di usianya yang masih muda (25), gairah menelitinya sangat luar biasa. Kini, Sandro telah mencatatkan namanya di 7 publikasi jurnal internasional bereputasi. Sebuah prestasi di dunia akademis yang sulit dilakukan oleh teman sejawatnya.
Sebelum menjadi seorang akademisi seperti saat ini, Sandro adalah seorang asisten di FKG Universitas Airlangga (Unair). Tanpa disadari, sosok Sandro telah dekat dengan aktivitas tridarma seperti mendidik, meneliti, dan mengabdi kepada masyarakat. Selain itu, Sandro juga merupakan anak muda yang gemar meneliti di bidangnya saat ini (stem cell). Sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk Sandro mempelajari dan mengerjakan suatu proyek penelitian.
Prestasi Sandro di dunia akademis tentu saja tidak didapatkannya sendirian. Ada tangan-tangan lain yang bekerja dalam senyap yang terus mendukungnya. Adalah Profesor Fedik Abdul Rantam, Guru Besar Universitas Airlangga, sekaligus Promotor PMDSU, yang telah bekerja sungguh-sungguh demi mendorong karier penelitian Sandro. Ia mengaku bahwa ada pola khusus yang diterapkannya sehingga Sandro bisa menjadi seperti saat ini.
Sebagai seseorang yang telah banyak makan asam-garam dunia penelitian, Prof. Fedik memiliki beberapa syarat yang wajib dimiliki oleh anak bimbingannya sebelum menjalankan penelitian. Pertama, mahasiswanya harus selesai dalam tataran imajinasi. Setiap mahasiswa harus memiliki imajinasi yang tajam terkait apa yang harus ditemukannya sebagai novelty riset. Imajinasi akan membantu mahasiswa menentukan langkah apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu, apa yang diperlukan, serta berapa lama, dan metode apa yang akan digunakan dalam penelitian. Kedua, memiliki logika yang tepat. Berpikir logis dapat membantu mahasiswa melihat berbagai kemungkinan tentang apakah penelitian yang dikerjakan secara matematis bisa selesai dikerjakan atau tidak dan kapan akan selesai. Ketiga, memiliki komitmen tinggi. Sifat ini sangat penting bagi peneliti karena setiap peneliti harus mampu merealisasikan imajinasi dan logika sesuai dengan time schedule dan roadmap yang telah dipersiapkan.
Menurut Prof. Fedik ketiga syarat itulah yang akan menjadikan mahasiswa memiliki critical thinking (fase di mana mahasiswa disiplin dalam berpikir, langkah demi langkah untuk menghasilkan riset yang pasti) dan innovation thinking atau conceptual thinking (dapat mengaplikasikan hasil riset sesuai dengan tuntutan). Akan tetapi syarat yang diajukan Prof. Fedik kepada mahasiswa bimbingannya tidak sepenuhnya berhasil. Latar belakang mahasiswa menjadi faktor penting dalam proses pelaksanaan syarat ini.
“Pola pikir mahasiswa sangat dipengaruhi oleh background mahasiswanya. Apakah kedokteran, kedokteran gigi, kedokteran hewan, dan biologi. Namun, dalam riset yang sifatnya kelompok, mahasiswa harus dibentuk satu arah dan goals apa saja yang harus dicapai dalam riset kelompok tersebut. Karena itu mahasiswa perlu didorong setiap saat. Minimal setiap minggu harus mempresentasikan problem solving riset yang sedang dijalankan dan setiap saat harus menulis terkait apa saja yang sedang dikerjakannya. Sehingga, selesai riset, selesai pula proses menulis,” ujarnya.
Prof. Fedik mengungkapkan pola yang diterapkannya sangat penting bagi mahasiswa. Karena mahasiswa, meski wawasannya sudah sangat luas, sesungguhnya mereka masih perlu dituntun.
“Pada tataran tertentu, mahasiswa memang bisa melakukan sendiri. Namun, karena ada tuntutan yang harus dipenuhi, maka mereka perlu roadmap yang jelas dan terukur, serta metode yang jelas. Sehingga dalam sekali jalan, mahasiswa dapat mengerjakan lebih dari satu variabel secara bersamaan. Maka atas dasar inilah, sebagai pembimbing, kita harus memberi jalan yang jelas dan terukur,” tegasnya.
Dalam membimbing proses penelitian mahasiswa bimbingannya, khususnya Sandro, Prof. Fedik merasa terbantu dengan adanya sokongan dana yang bersifat revolving funding dari kelompok riset group stem cell Unair. Funding tersebut memungkinkan peneliti Unair melakukan penelitian secara terus-menerus tanpa khawatir pasokan sumber dayanya berhenti. Dukungan kelompok ini sendiri tidak hanya dalam bentuk funding, tetapi juga turun langsung pada tataran pelaksanaan. Kerja sama dan koordinasi menjadi inti yang harus dimiliki setiap peneliti di pusat stem cell. Setiap peneliti atau tim peneliti seperti tim eksplorasi stem cell, animal eksperimen stem cell, dan tim analisis hasil laboratorium diwajibkan bekerja sama, saling membantu penelitian lainnya agar membuat waktu penelitian menjadi efisien sehingga sesuai dengan time schedule.
Peran Prof. Fedik terhadap keberhasilan publikasi Sandro dan mahasiswa lainnya adalah pada manajemen riset. Menurutnya hal pertama yang mesti dipahami oleh seorang promotor adalah jurnal mana yang akan dituju. Promotor harus intens mempelajari gaya selingkungnya. Kedua, promotor harus bisa memperkirakan berapa lama proses yang dibutuhkan peneliti mulai dari pertama kali jurnal dibuat sampai dipublikasi. Ketiga, promotor harus memperhatikan objek yang sedang diteliti. Ini sangat penting karena berpengaruh terhadap kecepatan menyelesaikan riset dan publikasi mahasiswa. Terakhir, promotor mesti mampu mengarahkan materi mana yang harus dipublikasikan lebih dulu. Jika ini diterapkan maka publikasi jurnal tidak akan memakan waktu lama. Minimal setiap 2 bulan sekali bisa publikasi 1 jurnal yang ada irisannya dengan jurnal selanjutnya.
“Intinya adalah manajemen riset. Ini sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Seperti apa yang telah dilakukan Sandro. Manajemen menjadi kunci dalam pencapaiannya. Terlebih lagi rata-rata penelitian Sandro berbasis sel atau tissue culture yang relatif lebih cepat karena waktu dapat dimanajemen dengan mudah sesuai dengan target yang diinginkan,” tambahnya.
Apa yang telah dilakukan Prof. Fedik kepada Sandro juga dan mahasiswa lainnya memiliki variasi dan model berbeda disesuaikan dengan nalar dan logika masing-masing mahasiswa. Prof. Fedik meyakini dengan disiplin yang tinggi dalam penerapan model atau strategi capaian riset yang telah diterapkannya selama ini, akan membuat mahasiswa mudah menghasilkan penelitian dengan cepat tanpa mengabaikan kualitas penelitiannya. [Iqbal]

Leave a Reply