Hari Kemerdekaan, Kemenristekdikti Beri Penghargaan Kepada Akademisi Terbaik Negeri

JAKARTA (17/8) – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) memiliki cara berbeda dalam merayakan Hari Kemerdekaan Ke-73 Republik Indonesia. Momen yang biasanya dimanfaatkan sebagian besar masyarakat Indonesia untuk bersuka cita dan merayakannya dengan rasa kebebasan, kini sama sekali berbeda. Ada nuansa akademis yang cukup kental dalam proses perayaannya. Dimulai dengan diselenggarakannya Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) pada Minggu, 12 Agustus 2018, kemudian ditutup dengan pemberian anugerah kepada akademisi terbaik negeri dengan tajuk acara Academic Leader Award 2018, yang digelar pada Jumat malam, 17 Agustus 2018.
Penyelenggaraan SCKD 2018 oleh Kemenristekdikti yang digelar selama seminggu penuh dan bertepatan dengan penyambutan hari kemerdekaan, bukanlah tanpa alasan. Kemenristekdikti bermaksud mengubah konsep perayaan hari kemerdekaan sebagai momen yang tepat untuk masyarakat berpikir, merefleksi diri, saling menghargai, dan menjadikan segalanya menjadi bernilai dan berdaya guna sesuai dengan profesi atau bidang yang dikuasai. Merdeka dalam konsep di sini adalah merdeka secara ilmu, bebas secara pikiran dan pandangan, tetapi tetap memperhatikan norma, aturan, dan kebudayaan yang berlaku.
Academic Leader Award ini  sendiri merupakan ajang apresiasi pemerintah Indonesia bagi dosen dan pemimpin perguruan tinggi dalam negeri yang telah setia berdedikasi dan berinovasi untuk pembangunan dan peningkatan kualitas Pendidikan Tinggi di Indonesia. Ajang ini dibuat lantaran selama ini jarang sekali ada penghargaan serupa yang diberikan pemerintah kepada kinerja akademisi di Indonesia. Melalui ajang ini diharapkan akan lahir sosok akademisi paripurna yang tidak hanya pandai mendidik, berinovasi, tetapi juga mampu menjadi role model bagi semua, yang memiliki visi dan mampu menghadirkan solusi bagi masa depan. Sosok akademisi seperti itu sulit ditemukan. Mereka tidak lahir dengan sendirinya. Mereka diciptakan oleh keadaan dan harapan, yang sesuai dengan perubahan zaman.
Dirjen Sumber Daya Iptek dan Dikti, Ali Ghufron Mukti, mengungkapkan bahwa Academic Leader Awardyang diselenggarakan tahun ini merupakan award pertama yang diadakan oleh Ditjen Sumber Daya Iptek Dikti, Kemenristekdikti. Pemberian penghargaan semacam ini rencananya di tahun depan akan terus diselenggarakan lantaran dianggap memiliki dampak signifikan terhadap iklim akademik di Indonesia. Sebab, melalui ajang ini, nantinya, pemerintah tidak akan lagi kesulitan menyaring bibit-bibit unggul akademisi yang paripurna di masa depan, yang mampu membawa perubahan bagi institusi pendidikan di tempat mereka mengabdi.
“Pada dasarnya semua akademisi memiliki kesempatan yang sama untuk berdedikasi dan berinovasi demi pembangunan institusi Pendidikan Tinggi ke depan. Hanya saja tidak ada pemicu atau pemantik untuk mereka memulai langkah pertamanya. Academic Leader Award bisa menjadi pemicu untuk mereka melakukan tugasnya sebagai akademisi sesuai dengan tridarma perguruan tinggi,” ungkapnya.
Peraih anugerah Academic Leader Award 2018, menurut Dirjen Ghufron adalah mereka yang tidak hanya telah menghasilkan inovasi, tetapi juga telah berdedikasi menjalankan tridarma pendidikan tinggi. Artinya, mereka mampu memberikan kontribusi yang nyata bagi pembangunan negara tanpa sedikit pun meninggalkan tugas pokoknya.
Akademisi yang diberikan anugerah Academic Leader Award tahun ini untuk Dosen sebagai “Academic Leader” 1) bidang Sains dianugerahkan pada Fitri Khoerunnisa dari Universitas Pendidikan Indonesia sebagai penemu biomaterial untuk pengolahan/pemurnian air (bioflokulan/membrane) dan bionutrient; 2) bidang Teknologi dianugerahkan pada Agus Purwanto dari  Universitas Sebelas Maret sebagai penemu dan pengembang teknologi pembuatan baterai lithium pertama di Iindonesia; 3) bidang Kesehatan dianugerahkan pada Wiku Bakti Bawono Adisasmito dari Universitas Indonesia untuk Inovasi jamu hewan Herbachick dan HerbaFit mampu meningkatkan kesehatan hewan secara alami dan aman dikonsumsi produknya oleh manusia, dan; 4) bidang Pertanian dianugerahkan pada Achmad Subagio dari Universitas Jember, sebagai penemu agroindustri MOCAF (Modified Cassava Flour): Integrated farming berbasis singkong di lahan suboptimal untuk meningkatkan pemerataan pembangunan dan ketahanan pangan nasional.
Sementara untuk Dosen dengan “Tugas Tambahan” sebagai 1) Pemimpin PTS dianugerahkan pada Harjanto Prabowo dari Universitas Bina Nusantara yang telah berhasil membawa Universitas Bina Nusantara menjadi satu-satunya PTS asal Indonesia yang masuk ke dalam rangking 50 besar Asia; 2) Rektor/Direktur PTN Satker dianugerahkan pada Samsul Rizal dari Universitas Syiah Kuala yang berhasil menerapkan konsep pengembangan mutu terstruktur dan berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan akreditasi institusi dari C menjadi A dan telah membawa berbagai kebijakan baru di bidang kebijakan akademik, dengan menerapkan pendidikan percepatan doktor melalui penggunaan dana sendiri. Selain itu berhasil menggerakkan SDM untuk meningkatkan jumlah publikasi internasional dari 964 artikel menjadi 4810 artikel; 3) Rektor PTN BLU dianugerahkan pada Ravik Karsidi dari Universitas Sebelas Maret yang merupakan sosok yang gencar mendorong hilirisasi produk riset hasil karya dosen UNS dan di tingkat nasional dan berhasil menerapkan Sistem Perencanaan Berbasis pada Cost Structure Analysis(CSA) yang membantu penyusunan DIPA UNS yang transparan dan akuntabel, dan; 4) Rektor di PTN-BH diberikan pada Kadarsah Suryadi dari Institut Teknologi Bandung, yang dianggap telah memperjuangkan ITB untuk bergerak dari “Research University” menuju “Entrepreneurial University”. Upaya ini terlihat dalam tiga Key Performance Indicators: (1) Excellent in teaching & Learning, yaitu berupa 93% Prodi terakreditasi A; (2) Excellent in research berupa jumlah publikasi internasional yang mencapai lebih dari 2000 pada tahun 2017; (3) Excellent in Innovation & Entrepreneurship yang telah menghasilkan 85 start up and 18 spin off Companies.
Para akademisi pemenang academic leader tahun ini adalah adalah mereka yang sebelumnya telah lulus tahapan administrasi, penilaian kesesuaian (conformity assessment) dokumen atas unsur-unsur penilaian kuesioner (desk evaluation), verifikasi (site visit), dan penentuan pemenang melalui sidang pleno oleh pejabat-pejabat Kemenristekdikti. Para akademisi yang mendapatkan anugerah tersebut dapat dipastikan tidak dapat diragukan lagi kualitas keilmuannya di dunia riset dan pendidikan.
“Tahapan penilaian yang ketat ini sengaja dilakukan agar kami (Kemenristekdikti) bisa mempertanggungjawabkan apa yang telah kami pilih, sehingga kualitas dari ajang ini akan tetap terjaga dan publik semakin percaya pada kami,” tutup Dirjen Ghufron. (Iqbal)
 
Sumber : Klik

Leave a Reply