Menakar Kualitas Perguruan Tinggi Swasta Di Aceh

Koordinator Kopertis Wilayah XIII, Prof Dr Jamaluddin M Ed
Memasuki masa pendaftaran mahasiswa baru, para pengelola perguruan tinggi di Aceh menggunakan beragam cara untuk menjaring calon mahasiswa agar mendaftar pada perguruan tinggi mereka. Namun, ada beberapa perguruan tinggi swasta yang memiliki rekam jejak masih dipertanyakan terkait reputasinya. Ada yang sedang dalam kategori Binaan Dikti karena faktor NIDN S1 ataupun Status Ganda. Selain itu, ada pula perguruan tinggi yang terlibat konflik internal dan sering kali menyebabkan terganggunya roda aktivitas akademik di perguruan tinggi tersebut sehingga pencapaian visi dan misinya pun menjadi tidak optimal.

Menentukan pilihan untuk sebuah program studi di perguruan tinggi memang bukanlah perkerjaan mudah. Diperlukan pertimbangan yang matang agar tidak salah pilih yang berujung penyesalan di masa mendatang. Hal ini dikarenakan begitu banyaknya program studi yang ditawarkan perguruan tinggi dengan keunggulan dan kekurangan tersendiri. Maka, dalam menetapkan pilihan terhadap program studi sangat tergantung pada kemampuan mengukur talenta diri, passion, biaya, kualitas PT dan prospek jangka panjang setelah lulus dari jurusan itu.
Pasalnya, ada sebagian PT yang terkesan kurang transparan dalam menyajikan informasi yang dibutuhkan calon mahasiswa. Padahal informasi semacam itu menjadi bahan pertimbangan yang luar biasa penting bagi mereka. Bahkan, ada yang cenderung menyebarkan informasi yang tidak akurat demi memikat calon mahasiswa dengan cara yang tidak pantas. Tindakan tersebut jelas sangat berbahaya dan berkemungkinan menimbulkan kerugian besar bagi calon mahasiswa nantinya.
Kehadiran Kopertis Wilayah XIII Aceh telah membawa angin segar kepada masyarakat luas karena dapat membantu dalam mendapatkan informasi tentang reputasi PT yang bersangkutan. Sebelumnya, perguruan tinggi swasta di Aceh berada dalam pengawasan, pengendalian dan pembinaan Kopertis Wilayah I Medan. Saat ini, akreditasi perguruan tinggi dapat dipantau secara online termasuk juga profil perguruan tinggi, dosen dan mahasiswanya.
Prof Dr Jamaluddin MEd selaku Koordinator Kopertis Wilayah XIII Aceh mengatakan, “Kopertis XIII membuka diri dalam melayani berbagai pertanyaan masyarakat menyangkut profil perguruan tinggi, rekam jejak maupun reputasinya, silahkan datang ke sini, kita periksa bersama. Dengan upaya semacam ini diharapkan calon mahasiswa dapat memilih perguruan tinggi berkualitas sesuai impian mereka, serta tidak kesasar ke perguruan tinggi yang memiliki reputasi buruk dan bermasalah.
Pada kesempatan itu, Prof Jamaluddin juga  menyampaikan, “saat ini ada 9 PTS di Aceh yang masuk dalam daftar hitam (blacklist) Dikti sebab ada di antara dosen mereka yang memiliki NIDN padahal masih berijazah S1 dan ada pula PTS yang di-blacklist dikarenakan ada dosen yang memiliki status ganda.
Persoalan lain yang patut diketahui, ada PTS yang sedang terlilit konflik internal, ada 22 program studi dari beberapa PTS di Aceh yang berstatus nonaktif. Penyebab dinonaktifkan prodi bisa bermacam-macam, di antaranya tidak melapor minimal 6 (enam) semester berturut-turut, membuka kelas jauh, jumlah dosen tidak memenuhi syarat minimal yakni 6 (enam) dosen tetap sekurangnya bergelar master, rasio dosen dengan mahasiswa yang jauh dari kondisi ideal yaitu 1:25 secara umum, dan deperbaharui pada tahun 2010 menjadi IPA 1:30 IPS 1:45, ada pula prodi yang tidak memiliki izin atau tidak terakreditasi.
Ijazah yang dikeluarkan pada saat status akreditasinya berlaku, maka ijazah tersebut dinyatakan berlaku, namun jika ijazah dikeluarkan pada saat status akreditasinya kadaluarsa, maka ijazah tersebut dinyatakan tidak berlaku.
Di samping PTS bermasalah, banyak juga kampus swasta yang bermutu baik di Aceh. Di antaranya Universitas Serambi Mekkah, Universitas Muhammadiyah, Universitas Almuslim, Universitas Jabal Ghafur, Universitas Abulyatama, Universitas Ubudiyah yang sejak lama telah sangat diminati calon mahasiswa. Ada pula lembaga-lembaga pendidikan profesional lain yang sangat diminati meski harus membayar belasan juta rupiah per tahunnya, seperti LP3i Banda Aceh yang dianggap memiliki lulusan berkualitas terbaik.
Leave a Reply